Ngobrol santai dengan beberapa kawan
adalah hobiku. Terkadang kalau fikiran
ini jenuh, terus disibukkan rutinitas sehari –hari, kerja, kuliah dan sedikit
masalah keluarga, jalan yang kutempuh adalah berkunjung ke tempat kawan. Teringat
satu pesan rasul, bahwa jika seseorang hendak dilapangkan rezekinya dan
panjangkan usianya, maka harus bersilaturahmi. Inilah yang menjadi motifku.
Daripada bingung dan bosan sendirian, mending ketemu kawan. Dan entah kenapa,
aku dan dua orang temanku- Herman dan Roni –sepertinya kami memang memiliki
chemistry yang sama. Dan kami pun sering kongkow bareng untuk sekedar menanya
perkembangan dan diskusi ringan.
Bermula dari pernyataan kawanku.
Roni yang beberapa bulan lagi hendak melangsungkan pernikahan, sering curhat.
Katanya, bagaimana nanti setelah menikah ternyata satu saat ia dipecat dari
pekerjaannya. Bagaimana jadinya istri dan anak-anaknya nanti. Pasti bakal
sengsara. Dan inilah yang menjadi salah satu penghambat kenapa dia lama
menikah. Di samping kesiapannya yang tidak memadai, karena dalam bayangannya
nikah itu sulit dan butuh biaya banyak, makanya dia tidak berani mengambil
keputusan dewasa ini untuk berumah tangga. Padahal, kalau dihitung dari jumlah
tabungan yang dimiliki, dia bisa saja untuk segera nikah. Tapi ya, begitulah.
Untuk menepis komentar dia, aku
bacakan Qs Annur :32 “ Dan nikahkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu,
dan orang-orang yang layak dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan
mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas lagi Maha Mengetahui.”
Ayat ini secara jelas menepis kekhawatiran
orang-orang yang mau menikah karena takut tidak mampu. Banyak orang terkadang
masih enggan menyempurnakan separuh agamanya dengan menikah dikarenakan faktor
finansial. Beberapa kawan yang kutemui,
hampir semua jawaban yang mereka utarakan kenapa belum juga menikah, sebab
mereka belum sanggup. Padahal sebenarnya tidaklah demikian. Bahkan, ada
sebagian mengkhawatirkan pekerjaan yang dimilikinya tidak bakal cukup membiayai
keluarga.
Aku katakan pada kawanku itu, harusnya
kita saat ini lebih sering gunakan matematika sang Pencipta disamping
matetamika manusia. Tidaklah mungking,
bagi sang Khalik membiarkan begitu saja hambaNya tanpa diberi bekal yang
memadai. Dalam banyak ayat disebutkan, bahwa Allah tidak akan menzalimi
hamba-hambaNya. Apalagi, jika hambanya mengikuti sunnah RasulNya untuk menikah,
pasti Allah berikan banyak Jalan agar ia bisa memenuhi kebutuhan.
Memang, ada sedikit perbadaan logika
matematika yang dimiliki manusia dengan matematika yang ada di sisi Allah.
Dalam bahasa matematika kita, hasil dari pengurangan mempengaruhi jumlah yang
dimiliki sebelumnya. Kalau kita punya uang seribu rupiah kemudian kita
belanjakan lima ratus rupiah, maka yang tersisa adalah lima ratus rupiah. Tapi,
hitungan itu tidak berlaku pada sistem pengurangan pada infak yang kita keluarkan
di jalan Allah. Di sini Allah sebutkan, harta yang diinfakkan itu akan dilipat
gandakan hingga tujuh kali lipat. Dan itupun masih dilipat gandakan lagi
menjadi seratu kali lipat. Jadi kalau kita menginfakkan uang sebanyak lima
ratus rupiah,maka hakikatnya kita menambah uang itu sejumlah tiga ratus lima
puluh ribu.
Bagi yang menikah juga seperti itu.
Banyak orang yang beranggapan, hidup bujangan lebih sedikit kebutuhan dibanding
dengan yang sudah berkeluarga. Secara logika benar, tapi itu tidak menjadi
jaminan, kalau pengeluaran orang yang bujangan lebih kecil dari yang sudah
menikah. Karena banyak kita temui, justru pengeluaran bagi mereka yang masih
single terkadang hampir sama bahkan lebih dibanding dengan yang telah menikah.
Bagaimana tidak, seperti lagunya bug Rhoma “Bujangan” enaknya hidup jadi
bujangan, kemana-mana tiada yang melarang. Wal hasil, tanpa kontrol dan
perhitungan, justru uang lebih banyak terkuras ketimbang mereka yang sudah
menikah. Bagi yang telah berumah tangga, untuk satu rupiahpun yang keluar harus
diperhitungkan.
Tentu,orang yang sudah memiliki
tanggung jawab, berbeda motivasinya dalam mencari nafkah. Seorang kawan pernah
bilang, kalau dia kerja banting tulang, pergi pagi pulang malam karena
termotivasi buat buah hatinya yang baru lahir. Padahal, dulu semasa lajang dia
bukan termasuk orang yang giat bekerja. Tapi setelah menikah, motivasi mencari
uang itu lebih besar. Karena dia berfikir bukan hanya untuk pribadinya saja,
melainkah ada isteri dan anak-anaknya yang butuh nafkah darinya.
Dan terakhir, kalau binatang yang
melatah saja sudah dijamin oleh Allah rezekinya, apatah lagi manusia. Makhluk
lain yang cuma diberikan insting, bisa bertahan hidup dan mencari makan maka
harusnya manusia lebih dari itu. Dengan akal dan kelebihan potensi yang
diberikan seharusnya manusia lebih yakin terhadap rezekinya. Jadi tidak ada alasan
khawatir untuk kekurangan rezeki. Sebab, perhitungan Allah tidak pernah meleset dan selalu membawa
kemashlahatan hambaNya.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer