Teguh hudaya, mahasiswa asal Sukabumi, Jawa Barat. Ia adalah kawan paling unik yang pernah kukenal selama
aku menempuh pendidikan di Azhar. Kawan satu ini memiliki banyak kelebihan.
Kalau seseorang punya satu keahlian, itu biasa. Dan itulah menjadi ciri
khasnya. Misalnya aja Irfan, yang satu ini mahir banget berbahasa, khususnya
bahasa Inggris. Kalau udah ngomong bahasa Inggeris, kayak orang barat
kepedesan. Makanya kalau orang nyebut nama Irfan, karena nama itu banyak,
langsung bilang aja Irfan Bahasa Inggeris. Pasti nyambung. Udah jadi brand alias
merek.
Nah, kalau si Teguh; mau dikasih merek apa ya. Saking banyaknya keahlian juga profesi yang digeluti di tengah masisir (Mahasiswa Indonesia di Mesir), terkadang mereknya juga ganti-ganti. Pasalnya, dia itu jago nulis terutama cerpen, dan pernah jadi ketua FLP. Terus, kalau urusan masak, okenya punya tuh. Sempat jadi Koki di beberapa rumah makan Indonesia yang ada di sini. Untuk, iseng-iseng kalau diminta pangkasin rambut kita, model potongannya boleh bersaing. Dan untuk soal bisnis, udah macam-macam di jalani. Mulai jual pakaian-pakaian dari Indonesia, jual kartu telepon, sampe jadi pengedar tahu-tempe door to door seperti sekarang ini.
Kalau ada anggota rumah yang jarang
pulang, dia lah orangnya. Serumah kami berdelapan. Tapi serasa cuma bertujuh.
Soalnya yang satu lagi, dengan nama Teguh Hudaya itu, rumah kami ibarat villa
baginya. Hanya untuk peristirahatan sementara. Tidak jarang ia pulang jam dua
dini hari, kemudian berangkat lagi jam tujuh pagi. Tapi lebih sering nggak
pulang. Itulah khidmatnya saat ini di masisir sebagai pengedar tahu-tempe.
Business is
business, hoby is hoby and study is study. Kalau siangnya banyak
di luar, waktunya di rumah sebagian digunakan untuk mengedit naskah novel. Cape
dari luar, istirahat bentar, buka laptop dan langsung jari-jemarinya
bercengkrama dengan keybord mengikuti irama seni dalam otaknya untuk
memperbaiki tulisan novel yang dibuat.
Itu tadi tentang hobinya. Lain hobi
lain studi. Yang buat aku acungkan jempol padanya, waktu kulihat kegigihannya
menghafal diktat, beliau layak disebut Rajulun Masya Allah. waktu sore
hari, aku yang sedang duduk di depan jendela flatku, dari kejauhan tampak sosok
pria yang menenteng mushaf, mondar mandiri di jalanan yang sunyi
menghafal Quran. Siapa lagi kalau bukan Teguh.
Konon kabarnya, dia berusaha segigih
itu motif yang paling besar dikarenakan hasratnya mempersunting gadis impiannya
di Indonesia. Disamping itu juga, tahun ini adalah tahun yang memaksanya agar
menjadi pribadi yang mandiri dari segi finansial. Karena, minhah (beasiswa)
yang diterimanya dari universitas sudah tidak lagi berjalan. Sebab itulah ia
harus gigih bekerja dan belajar.
Kalau ia bercerita, apa yang menjadi
keinginan terbesar baginya adalah menuliskan namanya “ Teguh Hudaya Lc.” Pulang
membawa karya novelnya dan bisa mempersunting gadis idamannya.
****
Himmah, adalah sikap yang harus ada disetiap diri muslim. Ini lebih mirip
degan sifat. Sebab ia merupakan sumber kekuatan yang menjadi sentral amaliah
seorang muslim demi tercapainya cita-cita. Atau dalam bahasa lainnya adalah
azam. Yaitu kekuatan dalam diri untuk mewujudkan sesuatu yang dinginkan.
Himmah merupakan potensi besar yang
harus dibangkitkan terutama dalam diri pemuda muslim. Karena dalam jiwa mudalah
semangat energik itu ada. Orang muda selalu disimbolkan dengan keperkasaan.
Kuat jasmani dan rohani. Tinggal dibentuk dan diarahkan. Dan dari tangan pemuda
inilah perubahan itu akan muncul. Olehkarenanya, kunci utama untuk perubahan itu
bermula dari himmah yang ada dalam tubuh.
Kalau M. Iqbal, dengan konsep Khudi
atau egonya berusaha membangkitkan semangat melalui Iradah
kreatif yang terarah secara rasional, dan cikal bakalnya adalah himmah.
Apabila sesorang memiliki keinginan kuat, tentu akan berusa mewujudkannya. Dari
sini akan tergambar target-target dan usaha apa saja yang akan ditempuh untuk
mencapai tujuan.
Layaknya orang memanah, setelah
pusaran target terlihat, maka mata berusah fokus pada titik yang yang menjadi
sasaran anak panah tersebut. Kemudian
mengukur berapa kekuatan yang dibutuhkan untuk membidik target tepat sasaran.
Barulah anak panah dilepaskan.
Sesorang yang memiliki kekuatan
cita-cita dalam diri akan menimbulkan energi positif untuk mewujudkannya.
Setidaknya itu yang membedakan antara khayalan dan cita-cita. Walau keduanya
sama-sama berawal dari keinginan, tapi yang satu disertai dengan usaha untuk
mencapainya. Dan biasanya, khayalan lebih bersifat fiktif cenderung mustahil dilakukan. Karena memang tidak
pernah berusaha untuk mewujudkan.
Tetapi, cita-cita juga belum
berpotensi maksimal manakala daya dorongnya tidak kuat. Kekuatan standar inilah
yang biasa disebut dengan niat. Sering kita berniat untuk ini dan itu, Cuma
tidak sedikit yang diniatkan hanya sekedar sebuah keinginan tanpa pelaksanaan.
Itu dikarenakan kekuatan yang mendorong dirinya kecil. Jadi, ia hanya punya
keinginan tapi tidak memilikinya dalam wujud nyata.
Berbeda apa yang disebut dengan
azam. Tingkatan keinginan ini lebih tinggi daripada niat. Karena azam
biasanya lebih momitvasi seseorang untuk
mewujudkan apa yang dipikirkannya menjadi kenyataan. Dari sinilah himmah itu
bergerak. Sehingga ia mampu menggariskan langkah-langkah untuk
sampai pada tujuan yang dicapai. Artinya, kalau yang ada dalam pikirannya angka enam, maka ia akan menempuh setiap
cara, baik dengan bantuan dua, dikalikan tiga atau dibagi dua belas. Atau dalam
bentuk pengurangan dengan jumlah-jumlah yang hasil akhirnya enam.
Demikianlah potensi himmah pada diri
manusia. yang paling berharga dari setiap hal adalah ide. Namun ide juga belum
dianggap berharga kalau belum terwujud dan berguna bagi khalayak ramai.
Kemudian seiring pertukaran waktu, ide itu akan berkembang dengan bantuan
pikiran orang lain. Inilah sumbangsih terbesar bagi masyarakat.
“Dan Jika kamu berazam maka
tawakkallah kepada Allah”
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer